Minggu, 30 Mei 2010

Kepemimpinan Visioner

A. PENDAHULUAN

Persoalan kepemimpinan, khususnya kepemimpinan dalam dunia pendidikan, adalah persoalan yang selalu menarik untuk dibicarakan. Sebab, pendidikan menyangkut kepentingan banyak orang, kompleks, dinamis sesuai dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Selain itu, pendidikan juga bersifat futuristik, dilakukan sekarang untuk mengejar kebaikan masa depan. Karena sifat pendidikan yang demikian, apa yang dilakukan setiap pemimpin pendidikan, justru akan berkaitan dengan kepentingan banyak orang, serta berdampak terhadap masa depan individu, masyarakat dan bangsa.

Oleh sebab itu, meskipun telah banyak teori mengenai kepemimpinan pendidikan berkembang, masih saja persoalan kepentidikan menjadi lapangan yang sangat luas untuk dieksplorasi. Kita masih memungkinkan menggali dan menemukan cara terbaik dalam pengelolaan pendidikan. Akhir-akhir ini, para ahli berhasil mengembangkan dan meluncurkan berbagai model atau gaya kepemimpinan pendidikan dapat memperbaiki pengelolaan institusi pendidikan. Salah satu gaya kemimpinan yang secara kontekstual dinilai relevan dengan dunia pendidikan sekarang adalah kepemimpinan visioner (KV)
Gaya KV semakin terasa urgensinya untuk diterapkan dalam lembaga pendidikan, terutama sekali pada persekolahan, mengingat sekolah-sekolah kita sekarang tengah mendapat hantaman yang dahsyat dari kekuatan eksterna seperti politik, ekonomi, sosial dan kultural yang langsung atau tidak membonceng dalam informasi media masa.

Meskipun kondisi ekstenal itu terkadang bersifat memberi peluang untuk berkembang, namun seringkali justru bersifat menghambat atau paling kurang melahirkan tantangan baru dalam pendidikan kita. Selain itu, dunia pendikan kita juga dihadapkan dengan perubahan kebijakan yang senantiasa tidak diiringi dengan pemahaman yang utuh. Seperti pengaturan pembiayaan serta pergantian kurikulum yang seringkali membuat kebingunan dalam implementasinya. Sehingga mengundang munculnya tanatang internal sekolah.

Pemimpin dalam dunia pendidikan tidak bisa lari dan membebaskan institusinya dari pengaruh luar tersebut, sebab tidak ada seorangpun dalam kehidupan sekarang ini bisa menghentilkan perubahan yang tengah terjadi. Malah ciri kehidupan modern sekarang justru ditandai dengan perubahan tulis Arcaro (1995). Bahkan Satori & Suryadi dalam Ali et.al (2007) menyatakan bahwa tugas dari lembaga pendidikan semakin lama semakin bertambah dan semakin beragam.
Untuk mengatasi masalah itu, pemimpin pendidikan dituntut untuk cepat mengelola secara bijak seluruh sumber dayanya guna melakukan akselarasi atau penyesuaian dengan kondisi luar itu. Sehingga apa yang dilontarkan Tofler (1988) tentang tuntutan akselarasi sudah menjadi kenyataan .

Akan tetapi upaya akselarasi ini belumlah merupakan solusi yang tepat, sebab masih berorientasi kontekstual. Usaha yang mungkin membebaskan dunia pendidikan terhadap pengaruh negatif perubahan tersebut adalah dengan melakukan upaya yang bersifat antisipatif. Mendahului gerak perubahan dengan memilih posisi yang tepat. Pemimpin yang mampu melakukan akselerasi dengan cepat serta mampu melakukan tindakan atisipatif yang tepat seperti inilah yang menjadi tuntutan dalam KV.

B. PENGERTIAN KV

Memahami pengertian KV, tidak mungkin kita bisa melepaskan diri dari pengertian visi. Secara harfiah, arti visi adalah pandangan jauh ke depan. Tapi tidak semua pandangan jauh ke depan adalah visi. Akdon (2006) membatasi arti visi adalah merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Jadi, adanya unsur realistik yang ingin diwujudkan, membuat visi amat berbeda dengan otopia. Tapi visi tidak sama dengan misi. Visi bersifat lebih substantif dari misi.

Untuk memahami arti visi, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dari visi. Akdon (2006) mensyaratkan kriteria visi itu sebagai berikut:

1. Visi bukan merupakan fakta, tetapi gambaran pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan

2. Visi dapat memberi arahan mendorong anggota organisasi untuk menunjukkan kinerja yang baik

3. Dapat menimbulkan inspirasi dan siap menghadapi tantangan

4. Menjembatani masa kini dan masa mendatang

5. Gambaran yang realistik dan kridibel dengan masa depan yang menarik

6. Sifatnya tidak statis dan tidak untuk selamanya

 
Namun kriteria ini masih bisa kita tambahkan lagi, misalnya bahwa visi hendaknya memperhatikan kondisi dalam dan luar institusi, atau menunjukkan penghargan atau rasa hormat kepada internal maupun eksternal lembaga. Sedangkan kepemimpinan menurut Gibson et.al (1997) adalah usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan.

 
Bila visi dikaitkan dengan kepemimpinan, dengan mengadopsi dua pengertian di atas, maka secara singkat, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan Kepemimpinan Visoner adalah gaya atau kemampuan seorang untuk menggerakkan orang lain mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan cara pandang ke depan yang realistik. Golleman et.al (2006) bahkan lebih menyederhanakan lagi pengertian KV dengan menggerakkan orang–orang ke arah impian bersama.

Sehingga dalam pengertian penulis, KV mengandung dua makna: Pertama KV adalah pemimpin yang memiliki pandangan jauh ke depan. Kedua adalah pemimpin yang mampu membangkitkan inspirasi serta berusaha agar orang-orang yang dipimpinnya bergairah dalam bekerja dan tetap terfokus pada visi institusi.

 
C. KV SEBUAH GAYA KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF

Sejak pertengahan abad 20 lalu, para ahli telah mulai mengeksplorasi pemikiran melalui berbagai macam studi guna menemukan bentuk atau gaya kepemimpinan, termasuk kepemimpinan dalam dunia pendidikan. Masing-masing gaya yang ditemukan itu, tidak terlepas dengan dengan kondisi saat itu. Tahun 1947, Reusis Likert menemukan adanya dua gaya, pemimpin yang berorietnasi kepada pekerjaan versus berorientasi karyawan. Selanjutnya muncul kepemimpinan yang mengutamakan struktur versus yang mengutamakan konsiderasi (Felishman). Gaya kepemimpinan kontigensi (Fiedler), kepemimpinan berorientasi tujuan (Robert J.Honse), kepemimpinan stiuasional (Hersey & Blanchard), kepemimpinan atribusi (Kelley), kepemimpinan karismatik (Jay Conger) Total Quality Managemen (Edward Shill), Kepemimpian transaksional dan transformasional (Brice J.Avalid). dan akhir-akhir ini muncul pula Kepemimpinan Visioner dari Pittman dan Robert J.Starratt

 
Kita tidak bermaksu untuk membandingkan gaya kepemimpinan tersebut dengan KV, karena akan mengundang debat yang tak berkesudahan. Masing-masing gaya kepemimpinan memiliki keunggulan disamping kelemahan. Disamping itu, ada kemungkinan antara suatu gaya kepemimpinan mirip atau saling keterpautan. Oleh karena itu, kita tidak memungkinkan membandingkan diantara gaya gaya tersebut. Agaknya cukup mengutip penilaian Golleman et al. (2006) bahwa KV memiliki dampak paling positif terhadap iklim emosi sehingga bisa menggerakkan orang ke arah impian bersama. Ia menulis

Dari keenam gaya kepemimpinan, penelitian kami menunjukkan bahwa secara keseluruhan, pendekatan visioner inilah yang paling efektif. Dengan terus mengingatkan orang akan tujuan yang lebih besar dari pekerjaan mereka. Pemimpin visioner memberi arti yang lebih besar kepada pekerjaan sehar-hari yang bisa terasa membosankan. Para pekerja mengerti bahwa tujuan bersama itu selaras dengan minat terbaik mereka. Hasilnya adalah kerja yang menggugah. (Golleman et al. 2006). Starratt (2007) mengharapkan, bila KV diterapkan disekolah akan mengarah kepada bentuk Tim Pemimpin Magajer yang dibedakannya dengan pemimpin dan manajer.



D. CIRI CIRI KV

Untuk memahami ciri-ciri KV, dapat dideskripsikan melalui ceritera tentang Bob Pittman, manajer sebuah taman hiburan. Ketika suatu hari ia mendengar keluhan pengunjung karena ulah cleaning servise yang bermuka masam. Ia segera mengambil tindakan penyamaran, menjadi petugas kebersihan itu. Ternyata, secepat ia menyapu secepat itu pula pengunjung membuang sampah, dan taman tampak kotor kembali. Ternyata itulah penyebabnya, banyak petugas memasang muka jeruk purut sebagaimana yang dilaporkan mereka kepada Pittman. Kemudian Pittman mengumpulkan semua petugas kebersihan, menyampaikan bahwa tugas mereka yang paling utama adalah membuat pengunjung merasa nyaman. Membersihkan sampah adalah salah satu cara agar membuat pengunjung nyaman dan karena itu perlu dilakukan dengan ramah. .

Cerita diatas, adalah contoh seorang pemimpin yang berhasil menerapkan gaya KV dalam mengelola taman hiburan. Ia memasukkan visi kenyaman pengunjung kepada petugas kebersihan, karena sejak saat itu, visi ramah telah masuk dalam peran kecil petugas kebersihan. Namun KV bukan hanya terbatas seperti kasus tersebut. Selain keberhasilan memasukan visi dari institusi itu dalam proses, tetapi juga hendaknya berhasil memasukan visi institusi itu dalam pikiran setiap orang atau setiap lini institusi itu. Sehingga setiap petugasnya melakukan kegiatan ia mengenal visi yang ingin diwujudkannya. Bahkan hendaknya, sesudah melakukan pekerjaan, setiap kolega melakukan refleksi degan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukannya. Benarkah kegiatan yang saya lakukan sudah sesuai dengan visi ?Apakah faktor yang menghambat atau mendorongnya ?

Memasukkan hal seperti itu kepada setiap orang yang terlibat dalam suatu institusi bukanlah pekerjaan mudah. Untuk bisa menjadi KV maka ada beberapa cara pandangan atau wawasan yang dituntut bagi pemimpin yang ingin menerapkannya. Dengan memperhatikan pandangan Golleman et al. (2006) maupun Starrat (2007) maka setidak-tidaknya KV itu memiliki 5 (lima) ciri .

Memiliki kemampuan untuk menempatkan dirinya menjadi sutradara sekaligus pemain dalam sebuah drama. Artinya, seorang sutradara dan sekaligus pemain dalam drama memiliki pengertian, bahwa pemimpin adalah orang menentukan bentuk plot atau sistem dan mekanisme dari lembaga yang dipimpinnya, dengan menetapkan visi yang ingin dicapainya. Kemudian ia mengatur pelaku sekaligus bila dipelukan dia melibatkan diri sebagai pemain.

Adanya kontrak (perjanjian) yang memandu koleganya mengejar keberhasilan secara profesional. Artinya, setelah visi dijabarkan menjadi kebijakan, program, dan operasi yang berkaitan langsung dengan individu, maka diperlukan adanya perjanjian yang memandu individu tersebut bekerja dengan ikatan moral dan profesional.
Memiliki kemampuan mentransformasi institusi dengan visi yang ingin dikembangkan Artinya adalah memiliki kemampuan untuk menjadikan visi menjadi melembaga, dan mengarahkan setiap aktivitas koleganya, tetapi memberikan peluang munculnya kreativitas ditengah tuntutan keseragaman mencapai visi, atau dengan kata lain, memberi peluang kepada seluruh individu yang dipimpinnnya menjadi dirinya sendiri dalam ikatan visi institusi
Memiliki kemampuan paktik refleksi setiap selesai melakukan pekerjaan. Refleksi adalah proses menganalisis atau merenungkan kembali setiap selesai melaksanakan program. Apakah hasil dari program tersebut masih dapat ditingkatkan serta hambatan dan kekuatan apakah yang ditemukan, sehingga dapat dikenali sifat-sifat khusus dari seluruh program yang pernah dilakukan. Memiliki kemampuan empati. Kemampuan berempati adalah kepekaan untuk merasakan perasaan orang lain dan memahami sudut pandang mereka. Kemampuan ini akan menciptakan pemahanan yang substansif terhadap setiap persoalan yang muncul.
Kelima ciri diatas, disatu pihak dapat difungsikan sebagai pedoman untuk menerapkan KV, tetapi di pihak lain juga dapat digunakan sebagai kriteria menentukan kepemimpinan visioner seseorang
Pentingnya KV dalam Dunia Pendidikan

Sudah tidak diragukan lagi, banyak hasil penelitian yang membuktikan, bahwa gaya kepemimpinan memberi kontribusi nyata terhadapap pencapaian tujuan dari organisasi. Begitu juga dalam bidang pendidikan, pencapaian tujuan institusi pendidikan dipengauhi oleh gaya pimpinannya.

Melihat kondisi dan permasalahan pendidikan kita dewasa ini, yang semakin hari akan semakin kompleks, maka tuntutan tehadap kepemimpinan dalam dunia pendidikan semakin berat. Kita tidak saja dihadapkan kepada persoalan mutu dan pemerataan pendidikan, tetapi sering kali dikaitkan dengan ketimpangan lapangan pekerjaan.
Harapan masyarakat bahwa pendidikan, membawa kemajuan dan perbaikan, telah menjadi bola liar yang sulit dipenuhi. Karena kondisi eksternal lembaga pendidikan yang dinamis sebagai dampak globalisasi, telah menjadikan tuntutan itu semakin lama semakin tinggi dan variatif. Secepat sebuah harapan itu dipenuhi secepat itu pula muncul harapan baru yang lebih tinggi lagi sifatnya.
Tuntutan itu sering kali justru dialamatkan kepada pemimpin, khususnya pemimpin pendidikan. Mulai dari Presiden, Menteri, Kepala Dinas, sampai ke bawah kepada Kepala Sekolah. Agar bisa memenuhi harapan masyarakat dimaksud, tidak jarang terjadi para pemimpin terpaksa mencari jalan gampang, meskipun kadang mengingkari nilai sakral pendidikan itu sendiri. Kasus pemalsuan nilai, kebocoran soal ujian, serta pemberian kunci jawaban menjadi tidak asing lagi dalam dunia pendidikan kita. Meskipun pelanggaran itu diketahui subjeknya, namun karena sudah bersifat politis membuat kita berada dalam Perahu Retak, yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan, dendangan Sahilatua

Untuk mengatasi persoalan pelit dalam dunia pendidikan, nampaknya pendidikan kita membutuhkan lahirnya KV. Karena KV akan mendorong setiap orang yang dipimpinnya memiliki nilai yang berupa visi lembaganya. Nilai-nilai tersebut sudah barang tentu diangkat dari nilai yang fundamental menjadi ciri lembaga atau institusi tersebut.
C. KESIMPUAN

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan

1. Kepemimpinan khususnya kepemimpinan pendidikan akan selalu menarik dibicarakan dan masih terbuka dieksplorasi sehingga bisa ditemukan teori atau gaya yang lebih efektif karena kepemimpinan berkaitan dengan kondisi yang tengah berkembang

2. Pemimpin dalam dunia pendidikan dewasa ini dituntut untuk bisa memimpin lembaganya melakukan akselerasi dan antisipatif terhadap kemungkinan masa depan

3. KV adalah pemimpin yang mampu membangkitkan inspirasi serta berusaha agar orang-orang yang dipimpinnya bergairah dalam bekerja, akan tetapi tetap terfokus pada visi di balik tugas sehari-harinya.

4. Dari berbagai gaya kepemimpinan, maka KV adalah gaya kepemimpinan yang efektif dan memiliki resonansi untuk menggeraklan koleganya bersama-sama menuju tujuan.

5. Ciri dari KV tercermin dalam gaya dan kemampuannya menjadi sutradara sekaligus pemaian dalam sebuah drama mengembangkan kontrak (pejanjian) yang memandu koleganya mengejar keberhasilan secara profesional kemampuan transformasi institusi kemampuan paktik refleksi setiap selesai melakukan pekejaan kemampuan berempati

6. KV sangat mungkin diterapkan dalam dunia pendidikan kita dan diperkirakan dapat mengatasi problem pendidikan yang tengah kita hadapi


 
DAFTAR PUSTAKA
Akdon. (2006) Strategic Management for Educational Management (Manajemen Stategik untuk Manajemen Pendidikan ). Bandung: Alfabeta

Arcaro, J.S. (1995) Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapannya. (terjemahan). Yogyakarta: Pustaka pelajar

Gibson, J., Ivancevuch, J.M. & Donnelly Jr. J.H. (1997) Organisasi: Prilaku Struktur Proses (lJilid 2). Jakarta:Binarupa Aksara

Golleman, D., Boyatzis. & Mckee, A . (2006). Primal Leadership: Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan emosi.(terjemahan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Satori, J. & Suryadi. (2007) Teori Administrasi Pendidikan. dalam Kumpulan Karangan Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bandung : Pedagogiana Press.

Starratt, Robert J. (2007). Menghadirkan Pemimpin Visioner (terjemahan), Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Toffler.A. (1988). Kejutan Masa Depan. Jakarta: PT Panca Simpati

Tidak ada komentar: